Emiten media Grup Emtek, PT. Surya Citra Media (SCMA) pada tanggal 26 Oktober 2021 kembali mengumumkan aksi korporasi yakni pemecahan nilai nominal saham (stock split) dengan anggaran dasar Rp 2,9 Trilliun yang terbagi atas 290 M lembar saham. Sebelumnya SCMA juga mengumukan untuk buyback saham dengan dana Rp 1 T rilliun yang dilakukan bertahap pada 7 juli – 6 Oktober 2021.
Aksi stock split ini sudah mendapat persetujuan dari Pemegang Saham Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) perseroan yang diadakan pada 13 Oktober 2021, yakni menyetujui untuk pemecahan saham nominal dengan rasio 1 : 5 dimana nilai nominal sebelumnya Rp 50 per saham menjadi Rp 10 per saham.
Jadwal akhir perdagangan saham dengan nilai nominal lama Rp 50 baik di pasar reguler maupun pasar negosiasi dijadwalkan pada 28 oktober 2021 kemudia, awal perdagangan saham dengan saham nilai nominal baru Rp 10 dimulai pada 29 Oktober 2021.
Bagaimana pergerakan harganya setelah diumumkan akan stocksplit ?

Pasca RUPSLB dilakukan, harga saham terus mengalami kenaikan, dalam artian hal (pengumuman stock split) ini direspon positif oleh pasar. Per 13 Oktober 2021, SCMA ditutup terkoreksi ke level 1840, dan hingga saat ini SCMA per 26 Oktober 2021, SCMA masih melanjutkan penguatan hingga breakout level 2200 artinya sejak aksi korporasi stock split ini diumumkan sudah terjadi kenaikan 16,4 % pada saham SCMA.
Bagaimana dampaknya setelah stock split kedepan ?
Per 26 Oktober 2021, harga SCMA ditutup ke level 2200 artinya dengan rasio 1:5 harganya menjadi Rp 440. Mengingat harga terakhir dengan nilai nominal Rp 50 berakhir pada tanggal 28 Oktober, diperkirakan harga SCMA akan berada di level 220 – 2400, dengan rasio 1:5 per 29 Oktober 2021, SCMA mulai diperdagangkan lagi dipasar dengan nilai nominal baru Rp 10 di level 440 – 480.
Dalam jangka waktu panjang, hal ini memiliki dampak positif baik bagi emiten maupun investor.
Dengan harga yang lebih murah, membuat investor retail mampu untuk membeli saham SCMA dengan jumlah yang lebih besar yang diharapkan dapat meningkatkan kapitalisasi pasar SCMA, yang mana hal ini akan membuka peluang bagi emiten sendiri pada peningkatan likuiditas pasar.
Bagaimana Analisa saham SCMA ?
Secara Fundamental :
Perolehan Net Income SCMA 2020 – 2021 (Rp Miliar)

PT Surya Citra Media Televisi memperoleh laba bersih sebesar Rp 727,38 Milliar pada semester I/2021. Dimana pada Q1 tercatat 332 M dan Q2 396 M.Jumlah ini naik 21,05 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 600,91 M. Peningkatan laba bersih ini dikarenakan adanya kenaikan pendapatan perusahaan yang dilihat dari laporan keuangan Juni 2021 SCMA mencetak pendapatan sebesar Rp. 2,94 Trilliun yang jika dibandingkan dengan periode sebelumnya di semester 1 2020 hanya Rp. 2,36 Trilliun, perolehan ini naik 24,82%.
Secara Valuasi :

Secara valuasi dengan metode PBV, SCMA sudah Overvalued karena sudah berada di atas SD+1 dengan nilai 8.07x dari Average atau harga wajarnya pada nilai 6.59x. Secara valuasi SCMA memiliki potential downside (potensi penurunan) ke level 1800 dari saat ini yang berada di level 2200.
Secara Teknikal :

R : 2300
S : 2150
Insight : adanya peningkatan volume transaksi dan MACD goldencross
Secara Seasonality :

Secara seasonal ditarik historis 5 tahun terakhir, November hingga Januari menjadi bulan dengan probabilitas terbesar dalam menghasilkan return positif bagi saham SCMA, kenaikan dimulai pada bulan November dan berlanjut hingga Januari di tahun berikutnya.
Disclaimer On
***
Untuk Buka Rekening saham dan join Grup Diskusi silahkan menuju link berikut: bit.ly/JoinRepublikInvestor