Salah satu teori analisa fundamental yang bisa kita jadikan acuan untuk memilih perusahaan potensial adalah dengan cara QVG Frame work yang dikembangkan oleh Vitaliy Katsenelson pada bukunya yang berjudul “Active Value Investing, making money in range bound markets”. Saat ini beliau juga bekerja sebagai Chief Investment Officer di perusahaan investasinya yang bernama IMA (Investment Management Associates) di Denver, Colorado. Selain itu beliau juga merupakan staff pengajar di Graduate School of Business dari University of Colorado.
QVG berasal dari Quality, Valuation, dan Growth. Melalui kerangka pemikiran QVG, anda bisa memilah dan menentukan perusahaan mana yang bisa dijadikan kandidat investasi anda berikutnya
QUALITY
Sustainable Competitive Advantage (Keunggulan kompetitif berkelanjutan)
- Memiliki moat (benteng parit) yang dalam
- Margin keuntungan yang lebih tinggi dan stabil, cash flow yang bisa diprediksi
- Mengenai merk dagang
Sustainable Competitive Advantage (Keunggulan kompetitif berkelanjutan)
- Managemen bertanggung jawab untuk membuat, menentukan, dan menjalankan strategi perusahaan.
- Managemen hendaknya di analisa dan di evaluasi dengan hati-hati sama seperti saat anda menganalisa laporan balance sheet perusahaan.
- Setiap ucapan managemen harusnya diterima melalui filter dengan akal sehat dan mengerti bias apa saja yang mungkin dimiliki oleh managemen
- Dua kualitas managemen yang paling penting adalah integritas dan fokus terhadap penciptaan nilai jangka panjang para pemegang sahamnya
Bagaimana cara menilai managemen?
Predictable Earnings (Laba yang dapat diprediksi)
- kualitas apa yang dimiliki oleh bisnis ini dilapangan sehingga memungkinkan perusahaan memiliki laba yang bisa di prediksi.
- Perusahaan dengan sumber pemasukan berulang (recurring revenue)
Strong Balance Sheet (Laporan neraca yang kokoh)
- Perusahaan yang hanya punya sedikit hutang, punya lebih banyak ruang untuk melakukan kesalahan.
- Hutang itu baik bila di gunakan oleh perusahaan yang stabil dan memiliki pendapatan yang bisa diprediksi, sebaliknya perusahaan yang memiliki volatilitas pemasukan, dan memiliki biaya tetep yang tinggi harus lebih konservatif dalam berhutang.
- Evaluasi hutang selain yang biasa dilakukan melalui evaluasi rasio hutang dan aset/ekuitas, juga bisa ditambah dengan evaluasi rasio hutang dan pemasukan (seperti debt/laba bersih, debt/EBITDA, debt/operating cash flow, debt/free cash flow, EBITDA/beban bunga, operating cash flow/beban bunga).
- Perusahaan dengan tingkat hutang rendah biasanya menjadi target akuisisi yang baik.
Free Cash Flows (Arus kas bersih)
Definisi free cash flow adalah uang tunai (arus kas) yang tersisa setelah perusahaan membayar seluruh kebutuhan yang sedang berlangsung seperti gaji, pajak, inventory, beban bunga, biaya keanggotaan yang di miliki perusahaan, dan pengeluaran penunjang pertumbuhan perusahaan di masa depan seperti investasi pembelian aset tetap (seperti capex untuk ekspansi pabrik, peralatan). Atau yang lebih simpel nya free cash flow = operating cash flow – capital expenditures.
Dua macam capital expenditures (Capex) perusahan berdasarkan fungsinya:
1. Capex Perawatan:
Merupakan investasi terhadap aset tetap maupun biaya riset yang di perlukan perusahaan untuk mempertahankan tingkat penjualan perusahaan
2. Capex untuk pertumbuhan masa depan:
Merupakan invetasi yang dibutuhkan perusahaan untuk mengembangkan pemasukan perusahaan.
Keuntungan perusahaan yang memiliki free cash flow yang berlimpah:
Free cash flow yang tinggi bisa digunakan managemen stock buy back (membeli balik saham perusahaan sendiri) di harga yang menguntungkan nilai jangka panjang pemegang saham
Memiliki resiko bisnis yang lebih rendah, karena perusahaan seperti ini mampu membiayai keperluan operasional bahkan keperluan ekspansi mereka sendiri.
Volatilitas free cash flows:
Dikarenakan operating cash flow biasanya lebih volatil dibandingkan dengan laba bersih, anda bisa mengakalinya dengan menghitung akumulasi ataupun rata-rata operating cashflow historis beberapa taun kebelakang (misal: 5-7 tahun ke belakang) dan menguranginya dengan akumulasi ataupun rata-rata capex historis beberapa tahun kebelakang juga. Perhatikan bagaimana perusahaan menggunakan FCF. Jauhi bila managemen menghamburkan FCF perusahaan demi membuat perusahaan nampak besar melalui merger dan akuisisi yang tidak meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang.