Salah satu Pertanyaan yang paling banyak ditanyakan investor ketika akan membeli maupun menjual saham adalah “Berapa harga take profit dan stop loss nya?” hal tersebut sangatlah wajar ditanyakan apalagi anda adalah seorang investor pemula. Banyak yang bingung dalam menentukan target saham dalam satu hari perdagangan, ada yang takut terlalu tinggi atau takut terlalu rendah dalam menentukan target. Mengingat pergerakan harga saham berfluktuasi setiap menit nya.
Terkadang, Stop Loss maupun takeprofit yang dipasang ini kadang terlalu jauh atau terlalu dekat. Hal ini tentu saja tidak akan terjadi jika investor tersebut mau mengamati volatilitas pada market tersebut. Banyak cara yang bisa dilakukan oleh investor saham dengan mencari titik support resistance atau dengan menggunakan bantuan indikator lainnya seperti indikator RSI, Stochastic, MACD, Bollinger Band, dan lain sebagainya.
Pada kesempatan kali ini, saya akan coba menjelaskan salah satu indikator volatilitas yang bisa digunakan untuk mengetahui range dari harga termasuk didalam nya percepatan dan perlambatan yang terjadi. Tetapi sepertinya tidak banyak orang menggunakan indikator ini, ya indikator Average True Range (ATR) dikembangkan oleh J Welles Wilder yang juga mengembangkan indikator RSI ini memiliki fungsi dan manfaat untuk mengukur volatilitas pergerakan harga.
ATR diukur berdasarkan rata-rata pergerakan suatu harga dalam periode tertentu. Cara menghitungnya juga mirip dengan Moving Average. Indikator ini bisa mamberikan asumsi jelas berapa range harga yang bisa terjadi disaham tersebut, khususnya buat anda yang sering menggunakan fasilitas trailing stop, dengan adanya indikator ini tentu akan sangat membantu dalam menentukan angka.
Rumus Indikator ATR adalah : TR = Max (H-L, H-PC, PC-L)
Keterangan :
H = High.
L = Low.
PC = Previous Close.
ATR tidak bisa dikelompokkan pada bagian Oscillator karena nilainya yang fluktuatif dan dapat berubah sewaktu-waktu. Tidak ada Overbought maupun Oversold seperti yang ada dalam indikator RSI, MACD, maupun Stochastc.
Nilai ATR yang rendah menunjukkan bahwa kondisi pasar sedang sepi, sedangkan nilai ATR tinggi menunjukkan bahwa kondisi pasar sedang ramai. Namun tingginya volatilitas ini bukan berarti harga sedang naik ataupun sebaliknya. Tingginya volatilitas ini hanya menandakan besarnya jarak fluktuasi harga dalam pasar.

Pada contoh saham ERAA di atas, perhatikan indikator ATR. Nilai pada indikator ATR adalah 119, yang berarti besar kemungkinannya harga pada candle hari berkutnya akan bergerak sejauh 119 poin ke atas atau 119 poin ke bawah. Tapi balik lagi ke dalam konsep dasar indikator yang hanya digunakan sebagai petunjuk atau standar dasar acuan dalam mengambil keputusan. Maka Jadikanlah indikator tersebut sebagai “alat bantu” untuk kita.