Sejumlah lembaga internasional beramai-ramai mengucurkan dana pinjaman untuk membantu negara-negara menghadapi wabah pandemik virus Corona (Covid-19). Pinjaman ini tersedia terutama bagi negara-negara miskin dan berkembang yang membutuhkan tambahan dana dalam menangani penyebaran Corona di wilayahnya masing-masing.
Bank Dunia (World Bank) mengucurkan pinjaman cepat sebesar US$ 12 miliar yang ditujukan untuk membantu lebih dari 60 negara untuk mengatasi dampak Corona.
Paket pinjaman cepat dari Bank Dunia disalurkan melalui beberapa lembaga seperti International Development Association (IDA), International Bank for Reconstruction and Development (IBRD), dan International Finance Corporation (IFC).
Selain itu, Dana Moneter Internasional (IMF) juga menyediakan pinjaman darurat senilai US$ 50 miliar bagi negara berpendapatan rendah atau negara berkembang yang memerlukan bantuan penanganan Corona. Sebesar US$ 10 miliar di antaranya merupakan fasilitas pinjaman cepat tanpa bunga yang ditujukan untuk negara anggota termiskin.
Ada pula Asian Development Bank (ADB) yang menyediakan bantuan dana bagi negara-negara anggotanya yang terdampak wabah virus Corona. Dalam laporannya pekan lalu, ADB menyatakan telah mengucurkan beberapa jenis pinjaman kepada beberapa negara, di antaranya hibah asistensi teknikal (technical assistance grant) sebesar US$ 2 juta kepada pemerintah China dan subwilayah Mekong
ADB juga memberikan pinjaman serupa sebesar US$ 2 juta untuk semua negara anggotanya. Serta pinjaman untuk sektor privat yaitu perusahaan distributor farmasi di Wuhan, China sebesar US$ 18,6 juta. Di luar itu, ADB masih memiliki beberapa proyek kesehatan di kawasan Asia yang nilainya mencapai US$ 469 juta yang dapat direlokasi jika diperlukan.
Indonesia sendiri tak menutup kemungkinan untuk memanfaatkan dana pinjaman tersebut. Seperti yang diketahui, jumlah kasus Covid-19 di Indonesia terus meningkat hingga mencapai 96 kasus dengan lima di antaranya telah meninggal dunia.
Pemerintah pun menggelontorkan berbagai stimulus, baik fiskal maupun nonfiskal, untuk mendorong kinerja perekonomian domestik di tengah tekanan ini. Lantas, defisit APBN 2020 diperkirakan melebar dari asumsi awalnya 1,76% menjadi 2,5% terhadap PDB.
Bagaimana dengan Rencana AS?
The Fed berencana menyuntikkan likuiditas ke dalam sistem perbankan. The Fed mengatakan akan meningkatkan operasi pendanaan overnight lebih dari US$ 500 miliar, lalu berencana menawarkan lebih banyak operasi repo senilai US$ 1 triliun, dan memperluas jenis sekuritas yang akan dibeli di pasar.
Presiden AS Donald Trump berencana mengeluarkan stimulus fiskal berupa tarif pajak gaji 0% hingga akhir tahun, tetapi waktu penerapan kebijakan tersebut belum dapat dipastikan. Kepala Komite Keuangan Senat Senator Chuck Grassley mengatakan pemotongan pajak seperti itu harus dieksaminasi.
Dikabarkan anggota parlemen berpengaruh menolak keras rencana bantuan pajak gaji yang diusung pemerintah. Ketidakpastian seputar respons fiskal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi akibat wabah korona mengecewakan pasar.
Pelaku pasar kecewa karena Gedung Putih belum merilis rincian respons fiskal terhadap virus korona. Insentif pajak potensial itu merupakan bagian dari paket pengeluaran senilai US$ 8,3 miliar yang telah ditandatangani Trump.
Setelah Presiden Donald Trump mengatakan 50.000 tes virus corona akan tersedia minggu depan, pasar ekuitas AS bergerak menguat ke level tertinggi dalam satu sesi di penutupan jumat kemarin.