net buy asing
Home » Net Buy Asing Rp11 Triliun! Berikut 10 Saham Paling Banyak Diborong

Net Buy Asing Rp11 Triliun! Berikut 10 Saham Paling Banyak Diborong

by Muhammad Ikhsan Burhanuddin

Rally pembelian bersih asing di pasar saham Indonesia masih berlanjut hingga akhir pekan lalu. Investor asing mencatatkan pembelian bersih di seluruh pasar dalam 15 hari perdagangan berturut-turut.

Kenaikan IHSG sejalan dengan nilai tukar Rupiah yang sempat menguat ke posisi Rp 14,040 per USD.

Total pembelian bersih asing mencapai Rp 11,54 triliun sejak 27 Desember 2018 hingga Jumat (18/1) lalu. Pada perdagangan terakhir pekan lalu, pembelian bersih di seluruh pasar mencapai Rp 928,38 miliar meski ada penjualan bersih Rp 375,22 miliar di pasar non reguler.

Pekan lalu, pembelian bersih terbesar asing tercatat pada 15 Januari, yakni mencapai Rp 1,91 triliun. Dari total tersebut, transaksi crossing saham PT Bank Agris Tbk (AGRS) mencapai sekitar Rp 1 triliun. Tanpa crossing ini pun, asing masih mencatat pembelian bersih lebih dari Rp 900 miliar.

Berikut adalah saham-saham dengan pembelian bersih terbesar asing di seluruh pasar, berdasarkan data RTI:

  1. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp 1,68 triliun
  2. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) Rp 1,48 triliun
  3. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 1,45 triliun
  4. PT Astra International Tbk (ASII) Rp 1,21 triliun
  5. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp 1,09 triliun
  6. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Rp 1,04 triliun
  7. PT Bank Agris Tbk (AGRS) Rp 1,03 triliun
  8. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) Rp 584,28 miliar
  9. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) Rp 564,68 miliar
  10. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) Rp 339,84 miliar

Wait and See Di Tengah Ketidakpastian Pasar Global

Menurut analisis tim Republik Investor, saat ini terdapat tiga faktor utama yang akan mempengaruhi pergerakan market global maupun domestik sepanjang tahun 2019 terdiri dari:

  • Perang Dagang AS

Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China dimana apabila masih berlanjut di tahun 2019 berpotensi membuat pertumbuhan ekonomi kedua negara yang merupakan perekonomian nomor satu dan dua terbesar di dunia melambat sehingga akan berdampak juga kepada pertumbuhan ekonomi negara lainnya karena AS dan China merupakan negara tujuan ekspor baik bahan baku maupun manufaktur dari banyak negara di dunia.

  • The Fed Mulai Dovish

Kebijakan The Fed yang akan lebih moderat dalam menaikkan Fed Fund Rate (FFR) di tahun 2019 mengacu kepada pertumbuhan data ekonomi AS yang melambat seperti data manufacturing dan potensi penerimaan personal tax yang lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Rencana The Fed untuk lebih hati-hati menaikkan FFR dapat memberikan sentimen positif bagi emerging market seperti Indonesia berupa capital inflow karena imbal hasil investasi yang ditawarkan lebih tinggi dibandingkan di AS.

  • Penurunan Harga Minyak

Penurunan harga minyak mentah karena supply yang tersedia lebih banyak dibandingkan demand mengindikasikan adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi global.

Share artikel ini jika menurut Anda bermanfaat :)

Related Posts

Leave a Comment

Subscribe to our newsletter

Don't miss new updates on your email