Senin, 15 November 2021, rilis untuk data ekonomi neraca perdagangan. Indonesia Balance of Trade (BoT) atau neraca perdagangan Indonesia di bulan Oktober tercatat surplus US$ 5.74 Miliar meningkat US$ 1.37 Miliar dari bulan September.

Apa yang menyebabkan Surplus BoT semakin meningkat ?
Peningkatan nilai neraca perdagangan ini didorong oleh meningkatnya nilai Ekspor Oktober 2021 yang mencetak rekor tertinggi mencapai nilai US$ 22.03 Miliar, angka ini meningkat + 6.89% MtoM dan + 53.35% YoY.
Ekspor nonmigas Oktober 2021 mencapai US$21,00 miliar, naik 6,75 persen dibanding September 2021, dan naik 52,75 persen dibanding ekspor nonmigas Oktober 2020. Peningkatan terbesar ekspor nonmigas Oktober 2021 terhadap September 2021 terjadi pada komoditas bahan bakar mineral sebesar US$823,3 juta (26,59 persen Ekspor nonmigas Oktober 2021 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu US$5,93 miliar, disusul Amerika Serikat US$2,34 miliar dan Jepang US$1,41 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 46,10 persen. Sementara ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa (27 negara) masing-masing sebesar US$3,55 miliar dan US$1,54 miliar.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–Oktober 2021 mencapai US$186,32 miliar atau naik 41,80 persen dibanding periode yang sama tahun 2020. Demikian juga ekspor nonmigas mencapai US$176,47 miliar atau naik 41,26 persen.
Disisi lain nilai Impor Oktober sebesar US$ 16.29 Miliar, meningkat 0.36% MtoM dan 51.06% secara YoY.
Komoditas andalan Indonesia Crude Palm Oil (CPO) dan beberapa harga komoditas lainnya mendorong peningkatan nilai ekspor, Indonesia Crude Price naik 13.03% MtoM, Batu bara atau Coal naik 27.58% MtoM, minyak kelapa sawit meningkat 26.62%.
Apa yang membuat harga komoditas menguat ?
Krisis energi dan batu bara diberbagai negara teruatama Tiongkok dan datangnya musim dingin memberikan dampak pada harga batu bara global meningkat disisi lain kenaikan ini juga merupakan imbas dari kenaikan harga komoditas lain yakni, gas alam. HBA memang tercatat mengalami peningkatan drastis sejak awal tahun. Dibuka di level US$ 75,84 per ton pada Januari 2021, HBA meningkat jadi US$ 87,79 per ton pada Februari. Sempat turun jadi US$ 84,47 per ton pada Maret, HBA kemudian terus menanjak hingga November.
Di komoditas lain Harga CPO ( Crude Palm Oil) terus rally selama sejak penurunan terdalamnya pada tanggal 20 September 2021 menyentuh di level harga 4443. Namun berselang 2 minggu setelah penurunan dalam tersebut, harga CPO untuk pertama kalinya menyentuh ke level 5000 dengan membentuk All time high nya pada waktu itu di level 5067. Namun sepekan terakhir harga CPO sempat mengalami koreksi per 16 November 2021 harga CPO closing di level 4985.
Kesimpulannya, melajunya harga harga komoditas memang memberikan dampak positif terhadap Neraca perdagangan Indonesia dalam jangka pendek ini. Dari hal ini mengindikasikan bahwa kinerja ekspor Indonesia masih bergantung pada bagaimana harga komoditasnya bergerak. Namun secara jangka panjang, ini menjadi hal yang spekulatif dimana kita tidak pernah bisa memperkirakan batas ketersediaan dari barang komoditas tersebut. Selain itu iklim yang terus berubah sepanjang tahun, tidak bisa membuat demand yang akan barang komoditas tersebut stabil. Bisa saja negara yang membutuhkan komodtas tersebut sudah terpenuhi atau tercukupi kebutuhannya, hal ini tentu membuat demand terhadap barang komoditas tersebut berkurang, dan harga cenderung akan turun dan bergerak fluktuatif.
Disclaimer On
***
Untuk Buka Rekening saham dan join Grup Diskusi silahkan menuju link berikut: bit.ly/JoinRepublikInvestor