tape reading
Home » Arus Dana Asing Masuk, Neraca Pembayaran Indonesia Surplus di Q1-19

Arus Dana Asing Masuk, Neraca Pembayaran Indonesia Surplus di Q1-19

Bank Indonesia (BI) merilis data Neraca Pembayaran Indonesia yang berhasil mencatatkan surplus US$2,4 miliar  pada kuartal I 2019 ditopang oleh derasnya aliran modal asing masuk. Surplus terjadi karena peningkatan aliran modal investasi yang masuk ke Indonesia karena pengaruh ketidakpastian global. Peningkatan tersebut terjadi pada investasi langsung dan portofolio.

Surplus neraca pembayaran ini berbanding terbalik dibanding periode kuartal I 2018 yang mengalami defisit US$3,8 miliar. Namun, tidak lebih baik jika dibanfingkan dengan kuartal IV 2018 yang mencatat surplus US$5,4 miliar.

Dalam NPI terdapat pos-pos yang berkontribusi terhadap angka NPI secara keseluruhan. Transaksi Berjalan dan Transaksi Finansial merupakan 2 pos yang menyumbang angka paling besar terhadap angka Neraca Pembayaran Indonesia.

  1. Defisit Transaksi Berjalan Masih Memberatkan NPI

Bank Indonesia (BI) menyatakan jika defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal I 2019 tercatat membaik dibandingkan tahun lalu, sehingga hal ini dapat menopang ketahanan sektor eksternal perekonomian Indonesia.

Dilansir dari laman Bank Indonesia, defisit neraca transaksi berjalan kuartal I 2019 tercatat sebesar USD 7 miliar (2,6 persen dari PDB), sedangkan pada kuartal IV 2018 mencapai USD 9,2 miliar (3,6 persen dari PDB).

Penurunan defisit neraca transaksi berjalan ini didukung oleh peningkatan surplus neraca perdagangan barang sejalan dengan peningkatan surplus neraca perdagangan nonmigas dan perbaikan defisit neraca perdagangan migas.

Hal ini dipengaruhi oleh penurunan impor yang lebih signifikan dibandingkan penurunan ekspor. Ini tentunya sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk melakukan pengendalian impor dalam beberapa komoditas tertentu yang diterapkan sejak akhir 2018.

Sementara itu, defisit neraca jasa mengalami peningkatan terutama disebabkan oleh penurunan surplus jasa perjalanan (travel), seiring dengan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang menurun di tengah impor jasa pengangkutan barang (freight) yang juga menurun akibat pola musimannya.

Grafik : Detail Data NPI Q1-19

Sumber : Bank Indonesia

  • Transaksi Finansial di Q1-19 Meningkat Signifikan

Saat ini transaksi modal dan finansial pada kuartal pertama 2019 mencatat surplus yang cukup tinggi yaitu sebesar USD 10,1 miliar (data terlampir). Angka ini disebabkan tingginya aliran investasi langsung yang masuk.

Aliran modal asing berhasil menutup defisit transaksi berjalan. Pada kuartal I 2019, defisit transaksi berjalan mencapai US$7 miliar atau sekitar 2,6 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada tiga bulan pertama tahun ini.

Selain itu, ini juga sebagai salah satu bukti jika para investor telah begitu optimistis akan prospek perekonomian Indonesia.

Tingginya pemasukan dari aliran investasi langsung ini disebabkan dari berkurangnya risiko ketidakpastian di pasar keuangan global. Namun ternyata, surplus tahun ini tercatat masih lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya karena adanya pembayaran obligasi global pemerintah yang jatuh tempo.

Secara keseluruhan, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan I 2019 mencatat surplus sebesar USD 2,4 miliar.

Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2019 menjadi sebesar USD 124,5. Jumlah ini setara dengan pembiayaan 6,8 bulan impor dan utang luar negeri pemerintah serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

BI dan Pemerintah Tetap Cermati Pertumbuhan Ekonomi Global yang Diperkirakan Melambat

Kinerja NPI diperkirakan akan membaik dan dapat terus menopang ketahanan sektor eksternal. Untuk itu, BI akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat ketahanan sektor eksternal, termasuk untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan sehingga menurun menuju kisaran 2,5% dari PDB pada 2019.

BI juga akan senantiasa mencermati perkembangan global yang dapat memengaruhi prospek NPI, seperti pertumbuhan ekonomi global yang melambat, masih adanya ketidakpastian di pasar keuangan global, serta volume perdagangan dunia dan harga komoditas global yang cenderung menurun.

Tidak hanya itu saja, BI juga akan terus memperkuat kebijakan guna memastikan tetap terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dalam mendorong kelanjutan reformasi struktural.

Coming Soon!!

For More Info:

Share artikel ini jika menurut Anda bermanfaat :)

Related Posts

Leave a Comment

Subscribe to our newsletter

Don't miss new updates on your email