Mengawali pekan kedua di bulan Agustus, IHSG berpotensi tertekan setelah terdapat katalis negative yang datang dari global maupun domestik, yakni penurunan harga minyak global dan rilis data CAD kuartal II 2019 yang memburuk dalam 5 tahun terakhir.
1. Trade War Panas Lagi, Harga Minyak Anjlok 5% Dalam Sepekan
Dalam sepekan, harga minyak mentah dunia masih mengalami tekanan akibat pelaku pasar khawatir akan terjadi perlambatan ekonomi secara global akibat eskalasi perang dagang AS-China. Minyak mentah jenis Brent yang menjadi acuan dalam negeri anjlok hingga 5,79% selama sepekan, dan light sweet terpangkas 2,67%.
Sebagaimana diketahui, pada hari Kamis (1/8/2019) Presiden Trump mengatakan akan mengenakan bea impor sebesar 10% pada produk asal China senilai US$ 300 miliar.
Di pasar spot, Jumat (09/08/2019) Brent melesat 1,41% ke level US$ 58,30/barel. Sedangkan harga minyak jenis light sweet yang menjadi acuan negara di kawasan Amerika naik lebih tinggi sebesar 3,27% ke level US$ 54,17/barel.
Di sisi lain Badan Energi Internasional (IEA) menyatakan bahwa pertumbuhan permintaan akan minyak berada pada titik terendah sejak krisis keuangan pada 2008.
2. CAD Indonesia -3,04% di Kuartal II 2019
Bank Indonesia (BI) merilis angka Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) untuk periode kuartal II-2019. Sepanjang April – Juni 2019, NPI membukukan defisit senilai US$ 1,98 miliar. Padahal pada tiga bulan pertama 2019, ada surplus senilai US$ 2,42 miliar.
Bagi yang belum tahu, NPI merupakan indikator yang mengukur arus devisa (mata uang asing) yang masuk dan keluar dari tanah air. Jika nilainya positif, maka ada lebih banyak devisa yang mengalir ke tanah air. Sementara jika nilainya negatif, maka ada lebih banyak devisa yang mengalir ke luar Indonesia.
Masalah utama datang jika melirik pos transaksi berjalan yang merupakan komponen dari NPI. Pada kuartal II-2019, defisit transaksi berjalan/current account deficit (CAD) menembus level 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB), tepatnya 3,04%. Padahal pada kuartal I-2019, CAD hanya berada di level 2,6%. Secara nominal, CAD pada kuartal II-2019 adalah senilai US$ 8,44 miliar.
Untuk diketahui, posisi transaksi berjalan (Current Account) menjadi faktor yang sangat penting dalam mendikte pergerakan rupiah. Pasalnya, arus devisa yang mengalir dari pos transaksi berjalan cenderung lebih stabil, berbeda dengan pos transaksi finansial (komponen NPI lainnya) yang pergerakannya begitu fluktuatif karena berisikan aliran modal dari investasi portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.